Crowdsourcing di Indonesia?

Baru saja di forum kaskus, juragan musikpiano memberitahu tentang situs bahasa Turki yg salah diidentifikasikan sebagai situs bahasa Indonesia. Setelah menyelidiki, satu bug ini terjadi karena kamus bahasa Turki tidak ada, jadi crawler bingung saat menemukan situs tersebut dan salah mengindetifikasikan sebagai situs bahasa Indonesia.

Hal ini mengingatkan tentang "crowdsourcing". Ada paham yang mengatakan produk jangan disebarkan ke pengguna sampai semuanya sudah sempurna (dengan kriteria tertentu pastinya). Ini untuk menghindari pengguna lari karena kecewa dengan kualitas produk. Ada juga yang menggunakan pengguna (end users) untuk menjadi debugger and user. Terutama untuk software product, banyak perusahaan mengeluarkan versi beta utk dicoba dan mengumpulkan umpan-balik dan tanggapan dari pengguna utk menyempurnakan produk tersebut. Paham yg terakhir ini menjurus ke arah "crowdsourcing".  Pengguna dan juga debugger menjadi satu dalam product development cycle: bug -> fix -> bug->fix di ulang dalam  pengembangan sampai produk akhir memenuhi keinginan pengguna.

Kelemahannya tentu banyak, karena tidak ada milestone atau deadline yang ditentukan. Ini sangat tidak cocok utk perusahaan multinasional yang bos2 nya bergantung dengan bonus yg dikaitkan dgn milestone ;). Utk perusahaan kecil atau start-up, metode ini lebih sesuai karena dengan pengguna dilibatkan dari awal development cycle, produk akhirnya akan lebih memenuhi keinginan pengguna. Selain itu, melibatkan pengguna dari awal akan bagus utk marketing, pengguna akan memberitahu ke org-org lain utk menggunakan produk tsb (jika produk nya bagus yg pasti :D).